Minggu, 25 April 2021

 

KESALAHAN  PENGUCAPAN  OLEH  PEWARA

1.      "Yang terhormat Kaprodi PBSI UPS Tegal"

"Yang terhormat Sesprodi UPS Tegal"

"Yang terhormat Pengisi materi seminar"

·         Penggunaan imbuhan ter- adalah untuk "yang paling dihormati" maka harusnya tidak ada imbuhan ter- lebih dari satu. Maka yang benar adalah jabatan tertinggi menggunakan ter-dan yang lain jangan atau jangan menggunakan ter-semua.

     " Yang terhormat Kaprodi PBSI UPS tegal"

     ("Yang kami hormati Kaprodi PBSI UPS tegal")

     "Yang kami hormati Sesprodi PBSI UPS tegal"

     "Yang kami hormati pengisi materi seminar"

2.      "Menginjak acara selanjutnya"

     "Acara selanjutnya yaitu... " (benar)

·         Karena acaranya tidak diinjak-injak.

3.      "Sambutan yang pertama dari kaprodi PBSI.UPS Tegal..., untuk itu waktu dan tempat kami persilakan!"

 "Sambutan yang pertama dari Kaprodi PBSI UPS tegal..., untuk itu kepadanya kami persilakan!" Atau langsung sebut nama,"Sambutan yang pertama dari kaprodi PBSI UPS Tegal..., untuk itu kepada Bapak/Ibu ... kami persilakan!"

·         Karena bukan waktu dan tempat yang berbicara tetapi orangnya hehe.

4.      "Untuk mempersingkat waktu marilah kegiatan Rapat HUT RI ini kita buka, dst." 

“Baiklah hadirin, mari kita mulai acara pertama, yaitu pembukaan …” atau “Hadirin yang berbahagia, mari kita awali acara kita dengan Basmalah”

·         Karena waktu tidak bisa dipersingkat apalagi diputar kembali, beda halnya dengan jam itu benda oke.

5.      "Kepada saudara... kami persilakan untuk naik ke atas panggung"

"Kepada saudara...  kami persilakan untuk naik ke panggung"

·         Karena naik sudah pasti ke atas tidak mungkin naik kebawah yakan.

6.      "Pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur... "

     "Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur... "

·         Karena puja dan puji adalah satu kata atau maknanya sama jadi jangan mubadzir kata ya guys.

7.      "Menginjak keacara yang pertama yaitu pembacaan basmallah... "

     "Beranjak keacara yang pertama yaitu pembacaan basmallah... "

·         Karena acaranya tidak diinjak-injak

8.      "Kepada bapak/ibu... Kami persilakan maju ke depan..."

     "Kepada bapak/ibu .... Kami persilakan untuk maju. "

·         Karena sudah pasti maju itu ke depan bukan ke belakang.

9.      “Tak terasa acara demi acara kita lalui bersama, tibalah kita pada penghujung acara yaitu penutup.”

“Seluruh rangkaian acara telah selesai dengan lancar, tibalah kita pada penghujung acara yaitu penutup.”

·         Karena mungkin ada peserta acara yang jenuh dan merasa acara ini sangat lama dan tidak merasa “tak terasa” dan merasa yang lainnya. Paham gak ? gak paham ? sama aku juga hehe.

10.  “Kami selaku MC atau Pembawa Acara meminta maaf yang sebesar-besarnya jika ada salah kata atau salah ucapan.”

“Kami selaku MC atau Pembawa Acara meminta maaf jika ada salah kata yang disampaikan.”

·         Jangan terlalu melebih-lebihkan karena kesalahan kita tidak sebesar itu.sampaikan secara efektif dan efisien.

 

 

 

Sabtu, 24 April 2021

 

PRO KONTRA BUDAYA “TONG-TONG PREK” DI ERA DIGITAL

Oleh : Sekha Rakhmani

 

Sebagai salah satu mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pancasakti Tegal yang ingin menuangkan ide dan gagasan kedalam tulisan ini dan juga sebagai pemenuhan tugas mata kuliah menullis. Pengertian pro adalah sebuah bentuk dari reaksi yang dimana baik, positif maupun setuju terhadap segala macam bentuk hal.Pengertian kontra adalah sebuah bentuk reaksi negatif yang dimana melakukan penentangan, maupun tidak akan setuju terhadap sebuah hal. Sedangkan Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaianbangunan, dan karya seni. Selanjutnya “Tong-tong prek”adalah suatu kebudayaan untuk membangunkan sahur dengan menggunakan alat yang dibuat dari bambu dan dimainkan beramai-ramai oleh anak-anak atau remaja laki-laki di bulan Ramadhan.

 

Dahulu tong-tong prek sangat membantu warga saat bulan Ramadhan untuk membangunkan warga untuk bersahur di bulan Ramadhan, tidak heran tong-tong prek adalah salah satu kegiatan yang sangat menyenangkan bagi para remaja dan anak laki-laki dahulu bahkan sampai sekarang masih ada di desa-desa yang mayoritas islam, tetapi di kota mungkin sudah tidak ada kegiatan tong-tong prek. Sebagai kebudayaan tentunya kegiatan tersebut sangat bagus untuk dilestarikan terkhusus bagi para remaja atau anak laki-laki yang sangat antusias dengan kegiatan tersebut karena menurutnya menjadi waktu untuk bertemu dan berkumpul dengan teman sebayanya saat bulan Ramadhan. Bagi ibu-ibu juga sangat membantunya dalam mempersiapkan santap sahur supaya tidak terlewat.

 

Tetapi berbeda ceritanya jika di era digital yang saat ini warga desa mulai memiliki smartphone, karena sudah tersedianya fitur alarm atau jam pengingat supaya berbunyi pada pukul yang ditentukan. Selain itu tong-tont prek juga mengganggu kenyamanan tidur bagi pekerja siang-sore karena tidurnya terganggu sebelum jam sahur karena rata-rata tong-tong prek dilaksanakan sekitar pukul dua dini hari disaat sedang nyenyak-nyenyaknya tidur. Sedangkan memasak untuk santap sahur bisa dilaksanakan tiga puluh menit sebelum santap sahur yang dilaksanakan sekitar pukul empat dini hari, lalu apa faedahnya membangunkan pukul dua dini hari ? itu hanya akan mengganggu saat tidur nyenyak warga itupun di era dijital yang saat ini sudah merambah di desa-desa. Justru sekarang tong-tong prek menjadi kebudayaan yang menggangu bahkan tak jarang ada warga yang memarahi anak-anak atau remaja yang melakukan kegiatan tersebut.

 

 

Selain itu dahulu tong-tong prek sangat sopan dan tidak begitu bising seperti sekarang tak ayal tong-tong prek sekarang hanya sebagai euphoria bagi mereka bukan seperti dulu yang bertujuan membangunkan orang untuk bersantap sahur sebagai sarana ibadah mereka. Hal ini dilihat dari siapa saja yang melaksanakan kegiatan tong-tong prek tersebut, dahulu dilaksanakan oleh anak-anak atau remaja yang memang berkecimpung di mushola atau masjid tetapi sekarang dilaksanakan oleh anak-anak yang bahkan sholat jamaah di mushola atau di masjid tidak pernah terlihat, sungguh meresahkan. Suara bising tersebut seperti ada arak-arakan acara karnaval pada 17 Agustus untuk memperingati hari kemerdekaan persis ramainya. Warga pun banyak yang geram dengan aksi para remaja tersebut di era digital sekarang apakah tong-tong prek masih relevan?

 

Atas apa yang telah saya dan warga alami maka seharusnya tong-tong prek diadakan saat pukul tiga dini hari dan dengan suara yang tidak bising dengan membunyikan alat sewajarnya, tidak terlalu keras supaya tidak menggangu kenyamanan tidur warga dan tetap melestarikan kebudayaan yang sejak dulu ada.

Selasa, 06 Oktober 2020

https://saintif.com/pengertian-cerpen/

 

 Cerpen

Pengertian Cerpen

Cerita pendek atau cerpen adalah salah satu dari bagian dalam prosa yang berbentuk cerita fiksi dengan hanya satu konflik. Sementara itu, fiksi sendiri memiliki pengertian berupa tulisan prosa tentang peristiwa dan karakter yang dibayangkan (tidak nyata). Berbeda dengan novel ataupun novelet, cerpen lebih pendek dari segi isi.

Pada umumnya, sebuah cerita pendek dapat berkisar 1.600 hingga 10.000 kata. Karena panjangnya yang lebih pendek, sebuah cerpen biasanya berfokus pada satu plot, satu karakter utama (dengan beberapa karakter tambahan), dan satu tema sentral, sedangkan sebuah novel dapat menyajikan berbagai plot dan tema, dengan berbagai karakter yang menonjol sehingga lebih kompleks. Berbeda dengan novel yang satu buku terdiri atas satu judul beserta subjudul, cerpen pada umumnya berbentuk kumpulan. Kumpulan cerpen yang terkenal, seperti “Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas”.

Ciri-Ciri Cerpen



Cerpen memiliki ciri-ciri yang berbeda dari jenis prosa lainnya, antara lain:

§  Terdiri atas 1.600—10.000 kata sehingga membutuhkan 10 – 30 menit saja untuk membacanya.

§  Cerpen biasanya berfokus pada satu subjek atau tema. Subjek atau tema berupa sesuatu yang biasa seperti tugas sehari-hari sehingga mempunyai nilai moral yang tinggi.

§  Cerpen biasanya berlangsung dalam satu latar sehingga berfokus pada satu alur sehingga hanya bersifat satu konflik dan tidak ada konflik turunan.

§  Cerpen biasanya fokus hanya pada satu atau beberapa karakter sehingga karakter bersifat datar atau watak yang dimiliki tidak berubah secara berangsur-angsur.

§  Diksi yang digunakan bersifat mudah dipahami.

Struktur Cerpen



Dilihat dari isi, cerpen memiliki beberapa bagian, antara lain:

§  Abstrak: sebagai bagian dari cerpen yang bersifat pilihan, abstrak memberikan gambaran awal cerita. Selain itu, abstrak juga berisi rangkuman atau intisari dari cerita, dan dari abstrak juga pembaca bisa memperkirakan pesan yang ingin disampaikan oleh penulis.

§  Orientasi: Pada bagian ini, tokoh dan latar diperkenalkan. Latar, yang terdiri atas latar waktu, suasana, dan tempat, diceritakan baik langsung maupun tak langsung, begitupun dari watak tokoh.

§  Komplikasi: Di bagian tengah, seorang penulis memiliki tugas yang sulit untuk membuat pembaca tertarik, sebelum mencapai akhir cerita. Tokoh-tokoh akan mendghadapi konflik, dan seringkali hal-hal menjadi lebih buruk bagi mereka dan mereka perlu menemukan cara untuk membereskannya. Bagian inilah disebut dengan komplikasi.

§  Evaluasi: Bagian ini menyajikan perjalanan konflik sampai ke titik tertinggi (klimaks) yang setelahnya akan ditemukan pemecahan ataupun peleraian.

§  Resolusi: Bagian ini disebut juga dengan peleraian, yaitu saat titik tertinggi mulai menurun hingga bertemu pada bagian koda.

§  Koda: Bagian ini adalah bagian akhir dari cerpen. Penulis akan menyampaikan pesan moralnya baik secara eksplisit maupun implisit.

Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Cerpen

Cerpen dibangun dari unsur-unsur di dalamnya. Secara garis besar, terdapat dua unsur: unsur intrinsic dan ekstrinsik.

Unsur Intrinsik



Unsur intrinsik cerpen terdiri atas tema, tokoh, penokohan, watak, latar, alur/plot, sudut pandang, dan amanat.

§  Tema: Tema berbeda dengan judul. Tema bersifat lebih umum dari permasalahan yang diangkat dan pada umumnya disampaikan dalam bentuk kata benda (nomina), seperti kesetiakawanan, persahabatan, percintaan, perjuangan kelas, pertempuran, dsb. Tema emansipasi wanita contohnya cerpen berjudul “Dua Dunia” karya N.H Dini; tema kemiskinan contohnya cerpen berjudul “Hari Pertama di Bulan Ini” karya Surya Gemilang; tema percinta contohnya cerpen berjudul “Cintaku Setahun Jagung” karya Ramlis Harman; dsb.

§  Tokoh: Tokoh adalah sosok rekaan yang diciptakan penulis, yang setelahnya akan diberikan watak dan penempatan. Tokoh-tokoh ini tentunya ada yang diberikan nama ataupun terjadi secara umum, seperti ayah, ibu, nenek, kakek, dsb. Pada beberapa cerpen, pemberian nama tokoh menjadi hal yang penting, dan beberapa di antaranya memakai konsep etimologi.

§  Penokohan: Tokoh yang telah diberi watak dan kapan dia akan muncul disebut dengan penkohan.

§  Watak: Watak atau sifat diberikan pada tokoh sehingga dapat diklasifikasi menjadi tiga: tokoh protagonis (baik), tokoh antagonis (jahat), dan tokoh tirtagonis (penengah). Berdasarkan perubahan wataknya, tokoh terbagi menjadi dua: tokoh datar dan tokoh bulat. Tokoh datar adalah tokoh yang tidak mengalami perubahan watak, dan tokoh bulat adalah kebalikannya.

§  Latar: Latar atau setting terbagi menjadi tiga: latar suasana, latar tempat, dan latar waktu. Latar suasana diperlukan pada setiap momen cerita: apakah suasana haru, menegangkan, sedih, dsb. Latar tempat dibutuhkan untuk mengenali budaya dari cerita yang diangkat. Latar waktu digunakan sebagai penunjuk untuk membangun suasana yang diciptakan.

§  Alur dan plot: Alur atau plot terbagi menjadi dua: linier dan kilas balik. Alur liner terjadi jika cerita bersambung ke depan. Cerpen yang isi ceritanya terdapat bagian mengisahkan masa lalu disebut dengan alur kilas balik.

§  Sudut pandang: Sudut pandang atau point of view terbagi menjadi dua: sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga. Sudut pandang orang pertama terbagi menjadi dua: sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama dan sudut pandang orang pertama sebagai pelaku sampingan. Jika di dalam cerita, tokoh utama menggunakan kata ganti Aku atau saya atau gue dan tidak disebutkan nama tokoh lain, sudut pandang ini disebut sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama. Jika terdapat nama tokoh lain, artinya cerita menggunakan sudut pandang orang pertama sebagai pelaku sampingan. Sementara itu, sudut pandang orang ketiga artinya di dalam cerita menggunakan kata ganti orang ketiga atau nama langung. Jika tokoh dapat mengetahui hal-hal yang tak kasat mata, seperti perasaan tokoh, sudut pandang yang dibukanan berupa sudut pandang orang ketiga serba tahu, jika sebaliknya, artinya sudut pandang orang ketiga sebagai pelaku sampingan.

§  Pesan atau amanat: Pada dasarnya, seorrang penulis menyiapkan amanatnya terlebih dahulu kemudian dituangkan ke dalam cerita. Amanat disampaikan baik secara eksplisit maupun implisit. Selain itu, amanat dari sebuah cerpen akan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Unsur Ekstrinsik Cerpen



Unsur ekstrinsik cerpen digunakan agar dapat mengetahui lebih dalam tentang isi cerita. Unsur-unsur tersebut terdiri atas:

§  Latar Belakang Masyarakat

Latar belakang masyarakat dapat diketahui dengan cara dilihat dari sisi kondisi ekonomi, sosial budaya, politik, dan ideologi. Hal-hal ini diperlukan semata-mata demi memahami secara kompleks maksud dan tujuan, serta motif mengapa cerita tersebut diciptakan.

§  Kepengarangan

Sejarah hidup penulis mulai dari kondisi sosial, psikologis, bahkan aliran sastra yang dianut memberikan gambaran lebih dalam ketika menganalisis cerpen.

Kaidah Kebahasaan Cerpen

Dilihat dari gaya bahasa dan diksi yang digunakan, cerpen memiliki ciri-ciri kebahasaan, antara lain:

§  Menggunakan pendeskripsian yang kuat. Dalam mendeskripsikan fisik tokoh penulis menggunakan kata-kata sifat atau[un perbandingan. Hal ini juga yang dibutuhkan untuk menggambarkan suasana, seperti suasana di sawah ataupun di sebuah gua. Kepiawaian penulis sangat dibutuhkan agar semakin membuat pembaca menyelam ke dalam cerita.

§  Menggunakan frasa adverbial (kata keterangan) untuk menunjukkan latar tempat atau pun waktu, seperti pada pagi hari, di sebuah desa, pada dinihari, dsb.

§  Menggunakan kalimat langsung dan ada juga yang tak langsung, ataupun berupa dialog.

§  Menggunakan kata-kata kiasan atau konotatif, seperti dewi pagi yang berarti matahari, surga dunia yang berarti merujuk pada tempat-tempat hiburan atau pariwisata.

§  Menggunakan bahasa yang informal ataupun semiformal. Meskipun demikian, tanda baca digunakan secara tepat berdasarkan aturan PUEBI.

Contoh Cerpen-Cerpen Terbaik




1.    “Bersiap Kecewa Bersedih Tanpa Kata-Kata” karya Putu Wijaya.

2.    “Tanah Air” karya Martin Aleida.

3.    “ Inem” karya Pramoedya Ananta Toer.

4.    “ Malam” karya Leila S. Chudori.

5.    “Sepasang Sepatu Tua” karya Sapardi Joko Damono.

6.    “Lelaki yang Membelah Bulan”

7.    “Manusia Kamar” karya Senon Gumira Ajidarma.

8.    “Malaikat Juga Tahu” karya Dee Lestari.

9.    “Waktu Nayla” karya Djenar Mahesa Ayu.

10. “Terbang” karya Dee Lestari.

 



Cerpen

Pengertian Cerpen

Cerita pendek atau cerpen adalah salah satu dari bagian dalam prosa yang berbentuk cerita fiksi dengan hanya satu konflik. Sementara itu, fiksi sendiri memiliki pengertian berupa tulisan prosa tentang peristiwa dan karakter yang dibayangkan (tidak nyata). Berbeda dengan novel ataupun novelet, cerpen lebih pendek dari segi isi.

Pada umumnya, sebuah cerita pendek dapat berkisar 1.600 hingga 10.000 kata. Karena panjangnya yang lebih pendek, sebuah cerpen biasanya berfokus pada satu plot, satu karakter utama (dengan beberapa karakter tambahan), dan satu tema sentral, sedangkan sebuah novel dapat menyajikan berbagai plot dan tema, dengan berbagai karakter yang menonjol sehingga lebih kompleks. Berbeda dengan novel yang satu buku terdiri atas satu judul beserta subjudul, cerpen pada umumnya berbentuk kumpulan. Kumpulan cerpen yang terkenal, seperti “Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas”.

Ciri-Ciri Cerpen

Cerpen memiliki ciri-ciri yang berbeda dari jenis prosa lainnya, antara lain:

§  Terdiri atas 1.600—10.000 kata sehingga membutuhkan 10 – 30 menit saja untuk membacanya.

§  Cerpen biasanya berfokus pada satu subjek atau tema. Subjek atau tema berupa sesuatu yang biasa seperti tugas sehari-hari sehingga mempunyai nilai moral yang tinggi.

§  Cerpen biasanya berlangsung dalam satu latar sehingga berfokus pada satu alur sehingga hanya bersifat satu konflik dan tidak ada konflik turunan.

§  Cerpen biasanya fokus hanya pada satu atau beberapa karakter sehingga karakter bersifat datar atau watak yang dimiliki tidak berubah secara berangsur-angsur.

§  Diksi yang digunakan bersifat mudah dipahami.

Struktur Cerpen

Dilihat dari isi, cerpen memiliki beberapa bagian, antara lain:

§  Abstrak: sebagai bagian dari cerpen yang bersifat pilihan, abstrak memberikan gambaran awal cerita. Selain itu, abstrak juga berisi rangkuman atau intisari dari cerita, dan dari abstrak juga pembaca bisa memperkirakan pesan yang ingin disampaikan oleh penulis.

§  Orientasi: Pada bagian ini, tokoh dan latar diperkenalkan. Latar, yang terdiri atas latar waktu, suasana, dan tempat, diceritakan baik langsung maupun tak langsung, begitupun dari watak tokoh.

§  Komplikasi: Di bagian tengah, seorang penulis memiliki tugas yang sulit untuk membuat pembaca tertarik, sebelum mencapai akhir cerita. Tokoh-tokoh akan mendghadapi konflik, dan seringkali hal-hal menjadi lebih buruk bagi mereka dan mereka perlu menemukan cara untuk membereskannya. Bagian inilah disebut dengan komplikasi.

§  Evaluasi: Bagian ini menyajikan perjalanan konflik sampai ke titik tertinggi (klimaks) yang setelahnya akan ditemukan pemecahan ataupun peleraian.

§  Resolusi: Bagian ini disebut juga dengan peleraian, yaitu saat titik tertinggi mulai menurun hingga bertemu pada bagian koda.

§  Koda: Bagian ini adalah bagian akhir dari cerpen. Penulis akan menyampaikan pesan moralnya baik secara eksplisit maupun implisit.

Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Cerpen

Cerpen dibangun dari unsur-unsur di dalamnya. Secara garis besar, terdapat dua unsur: unsur intrinsic dan ekstrinsik.

Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik cerpen terdiri atas tema, tokoh, penokohan, watak, latar, alur/plot, sudut pandang, dan amanat.

§  Tema: Tema berbeda dengan judul. Tema bersifat lebih umum dari permasalahan yang diangkat dan pada umumnya disampaikan dalam bentuk kata benda (nomina), seperti kesetiakawanan, persahabatan, percintaan, perjuangan kelas, pertempuran, dsb. Tema emansipasi wanita contohnya cerpen berjudul “Dua Dunia” karya N.H Dini; tema kemiskinan contohnya cerpen berjudul “Hari Pertama di Bulan Ini” karya Surya Gemilang; tema percinta contohnya cerpen berjudul “Cintaku Setahun Jagung” karya Ramlis Harman; dsb.

§  Tokoh: Tokoh adalah sosok rekaan yang diciptakan penulis, yang setelahnya akan diberikan watak dan penempatan. Tokoh-tokoh ini tentunya ada yang diberikan nama ataupun terjadi secara umum, seperti ayah, ibu, nenek, kakek, dsb. Pada beberapa cerpen, pemberian nama tokoh menjadi hal yang penting, dan beberapa di antaranya memakai konsep etimologi.

§  Penokohan: Tokoh yang telah diberi watak dan kapan dia akan muncul disebut dengan penkohan.

§  Watak: Watak atau sifat diberikan pada tokoh sehingga dapat diklasifikasi menjadi tiga: tokoh protagonis (baik), tokoh antagonis (jahat), dan tokoh tirtagonis (penengah). Berdasarkan perubahan wataknya, tokoh terbagi menjadi dua: tokoh datar dan tokoh bulat. Tokoh datar adalah tokoh yang tidak mengalami perubahan watak, dan tokoh bulat adalah kebalikannya.

§  Latar: Latar atau setting terbagi menjadi tiga: latar suasana, latar tempat, dan latar waktu. Latar suasana diperlukan pada setiap momen cerita: apakah suasana haru, menegangkan, sedih, dsb. Latar tempat dibutuhkan untuk mengenali budaya dari cerita yang diangkat. Latar waktu digunakan sebagai penunjuk untuk membangun suasana yang diciptakan.

§  Alur dan plot: Alur atau plot terbagi menjadi dua: linier dan kilas balik. Alur liner terjadi jika cerita bersambung ke depan. Cerpen yang isi ceritanya terdapat bagian mengisahkan masa lalu disebut dengan alur kilas balik.

§  Sudut pandang: Sudut pandang atau point of view terbagi menjadi dua: sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga. Sudut pandang orang pertama terbagi menjadi dua: sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama dan sudut pandang orang pertama sebagai pelaku sampingan. Jika di dalam cerita, tokoh utama menggunakan kata ganti Aku atau saya atau gue dan tidak disebutkan nama tokoh lain, sudut pandang ini disebut sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama. Jika terdapat nama tokoh lain, artinya cerita menggunakan sudut pandang orang pertama sebagai pelaku sampingan. Sementara itu, sudut pandang orang ketiga artinya di dalam cerita menggunakan kata ganti orang ketiga atau nama langung. Jika tokoh dapat mengetahui hal-hal yang tak kasat mata, seperti perasaan tokoh, sudut pandang yang dibukanan berupa sudut pandang orang ketiga serba tahu, jika sebaliknya, artinya sudut pandang orang ketiga sebagai pelaku sampingan.

§  Pesan atau amanat: Pada dasarnya, seorrang penulis menyiapkan amanatnya terlebih dahulu kemudian dituangkan ke dalam cerita. Amanat disampaikan baik secara eksplisit maupun implisit. Selain itu, amanat dari sebuah cerpen akan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Unsur Ekstrinsik Cerpen

Unsur ekstrinsik cerpen digunakan agar dapat mengetahui lebih dalam tentang isi cerita. Unsur-unsur tersebut terdiri atas:

§  Latar Belakang Masyarakat

Latar belakang masyarakat dapat diketahui dengan cara dilihat dari sisi kondisi ekonomi, sosial budaya, politik, dan ideologi. Hal-hal ini diperlukan semata-mata demi memahami secara kompleks maksud dan tujuan, serta motif mengapa cerita tersebut diciptakan.

§  Kepengarangan

Sejarah hidup penulis mulai dari kondisi sosial, psikologis, bahkan aliran sastra yang dianut memberikan gambaran lebih dalam ketika menganalisis cerpen.

Kaidah Kebahasaan Cerpen

Dilihat dari gaya bahasa dan diksi yang digunakan, cerpen memiliki ciri-ciri kebahasaan, antara lain:

§  Menggunakan pendeskripsian yang kuat. Dalam mendeskripsikan fisik tokoh penulis menggunakan kata-kata sifat atau[un perbandingan. Hal ini juga yang dibutuhkan untuk menggambarkan suasana, seperti suasana di sawah ataupun di sebuah gua. Kepiawaian penulis sangat dibutuhkan agar semakin membuat pembaca menyelam ke dalam cerita.

§  Menggunakan frasa adverbial (kata keterangan) untuk menunjukkan latar tempat atau pun waktu, seperti pada pagi hari, di sebuah desa, pada dinihari, dsb.

§  Menggunakan kalimat langsung dan ada juga yang tak langsung, ataupun berupa dialog.

§  Menggunakan kata-kata kiasan atau konotatif, seperti dewi pagi yang berarti matahari, surga dunia yang berarti merujuk pada tempat-tempat hiburan atau pariwisata.

§  Menggunakan bahasa yang informal ataupun semiformal. Meskipun demikian, tanda baca digunakan secara tepat berdasarkan aturan PUEBI.

Contoh Cerpen-Cerpen Terbaik

1.    “Bersiap Kecewa Bersedih Tanpa Kata-Kata” karya Putu Wijaya.

2.    “Tanah Air” karya Martin Aleida.

3.    “ Inem” karya Pramoedya Ananta Toer.

4.    “ Malam” karya Leila S. Chudori.

5.    “Sepasang Sepatu Tua” karya Sapardi Joko Damono.

6.    “Lelaki yang Membelah Bulan”

7.    “Manusia Kamar” karya Senon Gumira Ajidarma.

8.    “Malaikat Juga Tahu” karya Dee Lestari.

9.    “Waktu Nayla” karya Djenar Mahesa Ayu.

10. “Terbang” karya Dee Lestari.